Pantau Lebak – Politisi PDI Perjuangan Adian Napitupulu didampingi Sejarawan Nasional Bonnie Triyana dan Ketua DPD PDI Perjuangan H. Ade Sumardi mengunjungi Museum Multatuli Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, Sabtu (1/7/2023).
Sebelum masuk kedalam Museum Multatuli, Adian Napitupulu di dampingi Bonnie Triyana dan Wakil Bupati Lebak H. Ade Sumardi, duduk bersama-sama dilantai berdiskusi dengan kaum melinial dan Relawan Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) menerangkan tentang keharusan keberpihakan kepada rakyat.
Adian dengan khas kesederhanaannya hanya memakai kaos berwarna abu-abu dan celana jeans levis itu menyampaikan, bahwa dirinya tidak pernah malu membeli pakaian bekas dan menggunakannya.
Menurut Adian, memakai pakaian bekas tidak akan pernah menghilangkan harga dirinya sebagai wakil rakyat.
“Seumur hidup saya baru dua kali membeli sepatu. pertama saat ulang tahun, dan kedua membeli sepatu yang sudah dua tahun diincar, dan sepatu itu saya beli saat ada diskon,” kata Adian Napitupulu sambil disambut tawa kehangatan para Relawan Pospera, kaum melenial dan tamu undangan.
Usai berdiskusi, Adian Napitupulu dipandu oleh Sejarawan Nasional Bonnie Triyana dan di dampingi H. Ade Sumardi masuk kedalam Museum Multatuli Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten.
Bonnie Triana memberikan panduan sekaligus menerangkan satu persatu rangkaian jejak sejarah Museum Eduard Douwes Dekker atau yang lebih dikenal dengan nama pena Multatuli.
Disalah satu ruangan sejarah Multatuli tersebut, Adian bertanya kepada Bonnie Triyana tentang beberapa peristiwa yang terjadi di sejarah pergerakan kemerdekaan.
Adian pun turut antusias saat dijelaskan tentang sosok tokoh pejuang wanita asal Banten bernama Nyai Mas Gamparan. Ia sangat antusias menyimak penjelasan Bonnie Triayana tentang sepak terjang tokoh wanita tersebut.
Usai melihat satu persatu ruangan jejak sejarah di Museum Multatuli tersebut, Adian bersama Bonnie Triayana dan juga Ketua DPD PDI Perjuangan H. Ade Sumardi keluar ruangan dan melakukan sesi tanya jawab bersama awak media.
Adian berpandangan, jarang sekali anak muda yang memiliki keperdulian dan memperhatikan khusus untuk melestarikan sejarah. Menurutnya, tentu itu ada di Bonnie Triyana.
“Bonnie selain perduli, perhatian terhadap sejarah tentu dia juga akan perduli terhadap rakyat,”kata Adian.
“Jadi belajar sejarah, belajar rekam jejak orang perorang itu menjadi penting yah. Mempelajari masa lalu, mempelajari keketiran penindasan kolonialisme itu tidak bisa di maknai sebagai ekpresi dendam,”lanjut Adian Napitupulu.
Menurut Adian, masa lalu yang penuh penindasan itu menjadi bagian penting bagi masyarakat untuk mencegah keberulangan.
“Jadi, apa yang kita pelajari dari Multatuli
Douwes Dekker ini ternyata dia orang Belanda yang bekerja disini dan ketika dia hadir disini matanya terbuka, bahwa kemewahan yang dinikmati di Belanda itu adalah hasil dari kemiskinan yang terjadi di daerah Lebak Banten ini. Itu kemudian membuat dia terganggu hatinya ternganggu pemikirannya sehingga dia melawan,” ujar Adian.
Kata Adian, disampaikan oleh Bonnie Triyana tadi, ternyata Banten ini Kabupaten Lebak ini melalui peristiwa dulu ditulis menjadi buku dan ia merubah pandangan dunia.
“Dari tempat ini ternyata pernah terjadi sebuah sutuasi keadaan, dimana dari tempat ini memaksa dunia ini untuk berfikir, memaksa dunia untuk merubah konsep konsepnya,” tandas Adian Napitupulu.
Ditempat yang sama, Ketua Pospera Lebak Hudori mengucapkan banyak terimkasih kepada semua jajaran khususnya atas kedatangan Pendiri Pospera Republik Indonesia yang telah menyempatkan datang ke Bumi Multatuli ini.
“Tentu kedatangan bang adian memberikan semangat yang tinggi terhadap Pospera Lebak, banten khususnya untuk membangun organisasi dan kerja-kerja sosial. Intinya Pospera akan terus konsisten berjuang bersama rakyat. Sesuai dengan seorang ucapan bang Adian bahwa seroang pemimpin itu harus dekat seurat nadi dengan masyarakat,”ujar Hudori. (*Ar)